Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka adalah salah satu nama jurnalis dan presenter berita handal di Indonesia. Namun, siapa sangka wanita cantik kelahiran 13 September 1980, Jakarta itu, sejak awal tak pernah bermimpi menjadi seorang presenter. Baginya, hidup ini mengalir saja seperti air.
Nama Isyana pertama kali dikenal ketika dia menjadi juara Favorit Pembaca di ajang Wajah Femina pada 2000. Sejak itu, Isyana pun kebanjiran tawaran sebagai model dan bintang iklan.
Setelah lulus dari jurusan Hubungan Internasional, Universitas Indonesia pada 2003, Isyana pun mencoba peruntungannya berkarir di Trans TV sebagai presenter dan reporter, dan ia pun langsung diterima. Setelah sekitar satu tahun bekerja di Trans TV, Ibu dari Gyanendra Frederick Oka Tulaar itu pun mendapat tawaran untuk pindah ke Trans 7.
Ketika bekerja di Trans 7, Isyana pernah mendapat tugas meliput beberapa peristiwa penting di tanah air. Ia pernah ditugaskan meliput bencana Tsunami Aceh pada 2004 silam. Selain itu, Isyana juga sempat bertugas untuk meliput peristiwa Bom Bali 2 (2005). "Mungkin karena saya orang Bali, jadi langsung diutus ke sana," jelasnya dengan gembira. Sejak saat itu, istri dari George Albert Tulaar ini mengaku kian mencintai dan total menggeluti profesinya. "Waktu Bom Bali 2 itu aku baru benar-benar merasa bahwa aku cinta akan profesiku sebagai jurnalis," bebernya.
Pada 2007, anak pertama dari tiga bersaudara itu pindah ke RCTI, sebuah stasiun TV terbesar di Indonesia, dan langsung membawakan berita di acara Seputar Indonesia Siang dan Seputar Indonesia Sore, yang merupakan acara berita dengan rating tertinggi.
Nama Isyana semakin dikenal luas semenjak membawakan acara berita tersebut. Seiring itu, karirnya pun semakin mengkilat. Pada 2008, ia berhasil terpilih dan diutus meliput kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat. Dalam tugas tersebut, Isyana harus rela bolak-balik ke berbagai kota di Amerika. Walaupun tugasnya tergolong berat, ia tetap bersyukur karena bisa meliput kampanye bersejarah itu. Baginya, semua pengalamannya itu tak bisa dibeli dengan uang. "Bagaimanapun, kampanye itu sangat bersejarah bagi Amerika dan dunia, dan aku ada di situ. Pengalaman-pengalaman itu tidak bisa dibeli dengan uang," jelasnya.
Dalam kehidupan rumah tangganya, wanita yang berkediaman di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan itu, bercerita bahwa pada awalnya kisah cintanya berjalan tak semulus karirnya. Hal ini disebabkan karena perbedaan agama di antara mereka, Isyana beragama Hindu, sedangkan George beragama Kristen Protestan. Namun pada akhirnya, Isyana dan George pun sepakat untuk menikah dan mengarungi bahtera rumah tangga bersama. Keduanya melangsungkan pernikahan mereka di Bali, pada 14 Desember 2009.
Hingga kini, sudah 8 tahun Isyana menggeluti profesi yang membesarkan namanya itu. Ia mengaku masih ingat awal-awal karirnya dulu, saat ia masih malu-malu dan grogi jika bertemu dengan narasumber. "Waktu awal-awal sepertinya wawancara orang grogi sekali. Tapi sekarang, mau bertemu menteri hingga presiden sekalipun, saya sudah lebih percaya diri," ujarnya seraya tersenyum.