Ketika bumi makin penuh dengan manusia, lahan kosong sulit ditemui, padahal tanah dibutuhkan untuk manusia menumbuhkan makanannya. Menyiasati hal ini, muncullah ide vertical farming, yaitu bertani pada bidang vertikal. Vertikal farming sangat hemat lahan, karena untuk tiap 100 m2 lahan vertikal sama dengan 400-600 m2 pertanian konvensional. Ada beberapa perusahaan yang mengembangkan vertical farming, di antaranya Plantagon dari Swedia dan Amerika, serta DJ Engineering dari Singapura. Selain hemat, jenis pertanian ini irit bahan bakar (tidak menggunakan traktor), bebas banjir, dan bebas hama.